watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

SEXYNYA ADIK TIRIKU

Ceritaku ini dimulai, waktu aku SMA kelas 3,
waktu itu aku baru sebulan tinggal sama ayah
tiriku. Ibu menikah dengan orang ini karena
karena tidak tahan hidup menjanda lama-lama.
Yang aku tidak sangka-sangka ternyata ayah
tiriku punya 2 anak cewek yang keren dan seksi
habis, yang satu sekolahnya sama denganku,
namanya Lusi dan yang satunya lagi sudah
kuliah, namanya Riri. Si Lusi cocok sekali kalau
dijadikan bintang iklan obat pembentuk tubuh,
nah kalau si Riri paling cocok untuk iklan BH
sama suplemen payudara.
Sejak pertama aku tinggal, aku selalu berangan-
angan bahwa dapat memiliki mereka, tapi
angan-angan itu selalu buyar oleh berbagai hal.
Dan siang ini kebetulan tidak ada orang di rumah
selain aku dengan Lusi, ini juga aku sedang
kecapaian karena baru pulang sekolah. “Lus!
entar kalau ada perlu sama aku, aku ada di
kamar,” teriakku dari kamar. Aku mulai
menyalakan komputerku dan karena aku sedang
suntuk, aku mulai dech surfing ke situs-situs
porno kesayanganku, tapi enggak lama
kemudian Lusi masuk ke kamar sambil bawa
buku, kelihatannya dia mau tanya pelajaran.
“Ben, kemaren kamu udah nyatet Biologi belom,
aku pinjem dong!” katanya dengan suara manja.
Tanpa memperdulikan komputerku yang sedang
memutar film BF via internet, aku mengambilkan
dia buku di rak bukuku yang jaraknya lumayan
jauh dengan komputerku.
“Lus..! nich bukunya, kemarenan aku udah
nyatet,” kataku.
Lusi tidak memperhatikanku tapi malah
memperhatikan film BF yang sedang di
komputerku.
“Lus.. kamu bengong aja!” kataku pura-pura
tidak tahu.
“Eh.. iya, Ben kamu nyetel apa tuh! aku bilangin
bonyok loh!” kata Lusi.
“Eeh.. kamu barusan kan juga liat, aku tau kamu
suka juga kan,” balas aku.
“Mending kita nonton sama-sama, tenang aja
aku tutup mulut kok,” ajakku berusaha mencari
peluang.
“Bener nich, kamu kagak bilang?” katanya ragu.
“Suwer dech!” kataku sambil mengambilkan dia
kursi.
Lusi mulai serius menonton tiap adegan,
sedangkan aku serius untuk terus menatap
tubuhnya.
“Lus, sebelum ini kamu pernah nonton bokep
kagak?” tanyaku.
“Pernah, noh aku punya VCD-nya,” jawabnya.
Wah gila juga nich cewek, diam-diam nakal
juga.
“Kalau ML?” tanyaku lagi.
“Belom,” katanya, “Tapi.. kalo sendiri sich
sering.”
Wah makin berani saja aku, yang ada dalam
pikiranku sekarang cuma ML sama dia.
Bagaimana caranya si “Beni Junior” bisa puas,
tidak peduli saudara tiri, yang penting nafsuku
hilang.
Melihat dadanya yang naik-turun karena
terangsang, aku jadi semakin terangsang, dan
batang kemaluanku pun makin tambah tegang.
“Lus, kamu terangsang yach, ampe napsu gitu
nontonnya,” tanyaku memancing.
“Iya nic Ben, bentar yach aku ke kamar mandi
dulu,” katanya.
“Eh.. ngapain ke kamar mandi, nih liat!” kataku
menunjuk ke arah celanaku.
“Kasihanilah si Beni kecil,” kataku.
“Pikiran kamu jangan yang tidak-tidak dech,”
katanya sambil meninggalkan kamarku.
“Tenang aja, rumah kan lagi sepi, aku tutup
mulut dech,” kataku memancing.
Dan ternyata tidak ia gubris, bahkan terus
berjalan ke kamar mandi sambil tangan
kanannya meremas-remas buah dadanya dan
tangan kirinya menggosok-gosok kemaluannya,
dan hal inilah yang membuatku tidak menyerah.
Kukejar terus dia, dan sesaat sebelum masuk
kamar mandi, kutarik tangannya, kupegang
kepalanya lalu kemudian langsung kucium
bibirnya. Sesaat ia menolak tapi kemudian ia
pasrah, bahkan menikmati setiap permainan
lidahku. “Kau akan aku berikan pengalaman yang
paling memuaskan,” kataku, kemudian kembali
melanjutkan menciumnya. Tangannya
membuka baju sekolah yang masih kami
kenakan dan juga ia membuka BH-nya dan
meletakkan tanganku di atas dadanya,
kekenyalan dadanya sangat berbeda dengan
gadis lain yang pernah kusentuh.
Perlahan ia membuka roknya, celanaku dan
celana dalamnya. “Kita ke dalam kamar yuk!”
ajaknya setelah kami berdua sama-sama bugil,
“Terserah kaulah,” kataku,
“Yang penting kau akan kupuaskan.” Tak
kusangka ia berani menarik penisku sambil
berciuman, dan perlahan-lahan kami berjalan
menuju kamarnya. “Ben, kamu tiduran dech,
kita pake ’69′ mau tidak?” katanya sambil
mendorongku ke kasurnya. Ia mulai
menindihku, didekatkan vaginanya ke mukaku
sementara penisku diemutnya, aku mulai
mencium-cium vaginanya yang sudah basah
itu, dan aroma kewanitaannya membuatku
semakin bersemangat untuk langsung
memainkan klitorisnya.
Tak lama setelah kumasukkan lidahku,
kutemukan klitorisnya lalu aku menghisap,
menjilat dan kadang kumainkan dengan lidahku,
sementara tanganku bermain di dadanya. Tak
lama kemudian ia melepaskan emutannya.
“Jangan hentikan Ben.. Ach.. percepat Ben, aku
mau keluar nich! ach.. ach.. aachh.. Ben.. aku
ke.. luar,” katanya berbarengan dengan
menyemprotnya cairan kental dari vaginanya.
Dankemudian dia lemas dan tiduran di
sebelahku.
“Lus, sekali lagi yah, aku belum keluar nich,”
pintaku.
“Bentar dulu yach, aku lagi capek nich,” jelasnya.
Aku tidak peduli kata-katanya, kemudian aku
mulai mendekati vaginanya.
“Lus, aku masukkin sekarang yach,” kataku
sambil memasukkan penisku perlahan-lahan.
Kelihatannya Lusi sedang tidak sadarkan diri, dia
hanya terpejam coba untuk beristirahat. Vagina
Lusi masih sempit sekali, penisku dibuat cuma
diam mematung di pintunya. Perlahan kubuka
dengan tangan dan terus kucoba untuk
memasukkannya, dan akhirnya berhasil penisku
masuk setengahnya, kira-kira 7 cm.
“Jangan Ben.. entar aku hamil!” katanya tanpa
berontak.
“Kamu udah mens belom?” tanyaku.
“Udah, baru kemaren, emang kenapa?” katanya.
Sambil aku masukkan penisku yang setengah,
aku jawab pertanyaannya,
“Kalau gitu kamu kagak bakal hamil.”
“Ach.. ach.. ahh..! sakit Ben, a.. ach.. ahh, pelan-
pelan, aa.. aach.. aachh..!” katanya berteriak
nikmat.
“Tenang aja cuma sebentar kok, Lus mending
doggy style dech!” kataku tanpa melepaskan
penis dan berusaha memutar tubuhnya.
Ia menuruti kata-kataku, lalu mulai kukeluar-
masukkan penisku dalam vaginanya dan kurasa
ia pun mulai terangsang kembali, karena
sekarang ia merespon gerakan keluar-masukku
dengan menaik-turunkan pinggulnya.
“Ach.. a.. aa ach..” teriaknya.
“Sakit lagi Ben.. a.. aa.. ach..”
“Tahan aja, cuma sebentar kok,” kataku sambil
terus bergoyang dan meremas-remas buah
dadanya.
“Ben,. ach pengen.. ach.. a.. keluar lagi Ben..”
katanya.
“Tunggu sebentar yach, aku juga pengen nich,”
balasku.
“Cepetan Ben, enggak tahan nich,” katanya
semakin menegang.
“A.. ach.. aachh..! yach kan keluar.”
“Aku juga Say..” kataku semakin kencang
menggenjot dan akhirnya setidaknya enam
tembakan spermaku di dalam vaginanya.
Kucabut penisku dan aku melihat seprei, apakah
ada darahnya atau tidak? tapi tenyata tidak.
“Lus kamu enggak perawan yach,” tanyaku.
“Iya Ben, dulu waktu lagi masturbasi nyodoknya
kedaleman jadinya pecah dech,” jelasnya.
“Ben ingat loh, jangan bilang siapa-siapa, ini
rahasia kita aja.””Oh tenang aja aku bisa
dipercaya kok, asal lain kali kamu mau lagi.”
“Siapa sih yang bisa nolak ‘Beni Junior’,” katanya
mesra.
Setelah saat itu setidaknya seminggu sekali aku
selalu melakukan ML dengan Lusi, terkadang aku
yang memang sedang ingin atau terkadang juga
Lusi yang sering ketagihan, yang asyik sampai
saat ini kami selalu bermain di rumah tanpa ada
seorang pun yang tahu, kadang tengah malam
aku ke kamar Lusi atau sebaliknya, kadang juga
saat siang pulang sekolah kalau tidak ada orang
di rumah.
Kali ini kelihatannya Lusi lagi ingin, sejak di
sekolah ia terus menggodaku, bahkan ia sempat
membisikkan kemauannya untuk ML siang ini di
rumah, tapi malangnya siang ini ayah dan ibu
sedang ada di rumah sehingga kami tak jadi
melakukan ini. Aku menjanjikan nanti malam
akan main ke kamarnya, dan ia mengiyakan
saja, katanya asal bisa ML denganku hari ini ia
menurut saja kemauanku.
Ternyata sampai malan ayahku belum tidur
juga, kelihatannya sedang asyik menonton
pertandingan bola di TV, dan aku pun tidur-
tiduran sambil menunggu ayahku tertidur, tapi
malang malah aku yang tertidur duluan. Dalam
mimpiku, aku sedang dikelitiki sesuatu dan
berusaha aku tahan, tapi kemudian sesuatu
menindihku hingga aku sesak napas dan
kemudian terbangun.
“Lusi! apa Ayah sudah tidur?” tanyaku melihat
ternyata Lusi yang menindihiku dengan keadaan
telanjang.
“kamu mulai nakal Ben, dari tadi aku tunggu
kamu, kamu tidak datang-datang juga. kamu
tau, sekarang sudah jam dua, dan ayah telah
tidur sejak jam satu tadi,” katanya mesra sambil
memegang penisku karena ternyata celana
pendekku dan CD-ku telah dibukanya.
“Yang nakal tuh kamu, Bukannya permisi atau
bangunin aku kek,” kataku.
“kamu tidak sadar yach, kamu kan udah
bangun, tuh liat udah siap kok,” katanya sambil
memperlihatkan penisku.
“Aku emut yach.”
Emutanya kali ini terasa berbeda, terasa begitu
menghisap dan kelaparan.
“Lus jangan cepet-cepet dong, kasian ‘Beni
Junior’ dong!”
“Aku udah kepengen berat Ben!” katanya lagi.
“Mending seperti biasa, kita pake posisi ’69′ dan
kita sama-sama enak,” kataku sembil berputar
tanpa melepaskan emutannya kemudian sambil
terus diemut.
Aku mulai menjilat-jilat vaginanya yang telah
basah sambil tanganku memencet-mencet
payudaranya yang semakin keras, terus kuhisap
vaginanya dan mulai kumasukkan lidahku untuk
mencari-cari klitorisnya.
“Aach.. achh..” desahnya ketika kutemukan
klitorisnya.
“Ben! kamu pinter banget nemuin itilku, a.. achh..
ahh..”
“kamu juga makin pinter ngulum ‘Beni’ kecil,”
kataku lagi.
“Ben, kali ini kita tidak usah banyak-banyak yach,
aa.. achh..” katanya sambil mendesah.
“Cukup sekali aja nembaknya, taapi.. sa.. ma..
ss.. sa.. ma.. maa ac.. ach..” katanya sambil
menikmati jilatanku.
“Tapi Ben aku.. ma.. u.. keluar nich! Ach.. a..
aahh..” katanya sambil menegang kemudian
mengeluarkan cairan dari vaginanya.
“Kayaknya kamu harus dua kali dech!” kataku
sambil merubah posisi.
“Ya udah dech, tapi sekarang kamu masukin
yach,” katanya lagi.
“Bersiaplah akan aku masukkan ini sekarang,”
kataku sambil mengarahkan penisku ke
vaginanya.
“Siap-siap yach!”
“Ayo dech,” katanya.
“Ach.. a.. ahh..” desahnya ketika kumasukkan
penisku.
“Pelan-pelan dong!”
“Inikan udah pelan Lus,” kataku sambil mulai
bergoyang.
“Lus, kamu udah terangsang lagi belon?”
tanyaku.
“Bentar lagi Ben,” katanya mulai
menggoyangkan pantatnya untuk
mengimbangiku, dan kemudian dia menarik
kepalaku dan memitaku untuk sambil
menciumnya.
“Sambil bercumbu dong Ben!”
Tanpa disuruh dua kali aku langsung
mncumbunya, dan aku betul-betul menikmati
permainan lidahnya yang semakin mahir.
“Lus kamu udah punya pacar belom?”
tanyaku.”Aku udah tapi baru abis putus,”
katanya sambil mendesah.
“Ben pacar aku itu enggak tau loh soal benginian,
cuma kamu loh yang beginian sama aku.”
“Ach yang bener?” tanyaku lagi sambil
mempercepat goyangan.
“Ach.. be.. ner.. kok Ben, a.. aa.. ach.. achh,”
katanya terputus-putus.
“Tahan aja, atau kamu mau udahan?” kataku
menggoda.
“Jangan udahan dong, aku baru kamu bikin
terangsang lagi, kan kagak enak kalau udahan,
achh.. aa.. ahh.. aku percepat yach Ben,”
katanya.
Kemudian mempercepat gerakan pinggulnya.
“Kamu udah ngerti gimana enaknya, bentar lagi
kayaknya aku bakal keluar dech,” kataku
menyadari bahwa sepermaku sudah
mengumpul di ujung.
“Achh.. ach.. bentar lagi nih.”
“Tahan Ben!” katanya sambil mengeluarkan
penisku dari vaginanya dan kemudian
menggulumnya sambil tanganya mamainkan
klitorisnya.
“Aku juga Ben, bantu aku cari klitorisku dong!”
katanya menarik tanganku ke vaginanya.
Sambil penisku terus dihisapnya kumainkan
klitorisnya dengan tanganku dan..
“Achh.. a.. achh.. achh.. ahh..” desahku sambil
menembakkan spermaku dalam mulutnya.
“Aku juga Ben..” katanya sambil menjepit
tanganku dalam vaginanya.
“Ach.. ah.. aa.. ach..” desahnya.
“Aku tidur di sini yach, nanti bangunin aku jam
lima sebelum ayah bagun,” katanya sambil
menutup mata dan kemudian tertidur, di
sampingku. Tepat jam lima pagi aku bangun dan
membangunkanya, kemudian ia bergegas ke
kamar madi dan mempersiapkan diri untuk
sekolah, begitu juga dengan aku. Yang aneh
siang ini tidak seperti biasanya Lusi tidak pulang
bersamaku karena ia ada les privat, sedangkan di
rumah cuma ada Mbak Riri, dan anehnya siang-
siang begini Mbak Riri di rumah memakai kaos
ketat dan rok mini seperti sedang menunggu
sesuatu.
———-
“Siang Ben! baru pulang? Lusi mana?” tanyanya.
“Lusi lagi les, katanya bakal pulang sore,” kataku,
“Loh Mbak sendiri kapan pulang? katanya dari
Solo yach?”
“Aku pulang tadi malem jam tigaan,” katanya.
“Ben, tadi malam kamu teriak sendirian di kamar
ada apa?”
Wah gawat sepertinya Mbak Riri dengar
desahannya Lusi tadi malam.
“Ach tidak kok, cuma ngigo,” kataku sambil
berlalu ke kamar.
“Ben!” panggilnya, “Temenin Mbak nonton VCD
dong, Mbak males nich nonton sendirian,”
katanya dari kamarnya.
“Bentar!” kataku sambil berjalan menuju
kamarnya, “Ada film apa Mbak?” tanyaku
sesampai di kamarnya.
“Liat aja, nanti juga tau,” katanya lagi.
“Mbak lagi nungguin seseorang yach?” tanyaku.
“Mbak, lagi nungguin kamu kok,” katanya datar,
“Tuh liat filmnya udah mulai.”
“Loh inikan..?” kataku melihat film BF yang
diputarnya dan tanpa meneruskan kata-kataku
karena melihat ia mendekatiku. Kemudian ia
mulai mencium bibirku.
“Mbak tau kok yang semalam,” katanya, “Kamu
mau enggak ngelayanin aku, aku lebih
pengalaman dech dari Lusi.”
Wah pucuk di cinta ulam tiba, yang satu pergi
datang yang lain.
“Mbak, aku kan adik yang berbakti, masak nolak
sich,” godaku sambil tangan kananku mulai
masuk ke dalam rok mininya menggosok-gosok
vaginanya, sedangkan tangan kiriku masuk ke
kausnya dan memencet-mencet payudaranya
yang super besar.
“Kamu pinter dech, tapi sayang kamu nakal,
pinter cari kesempatan,” katanya menghentikan
ciumannya dan melepaskan tanganku dari dada
dan vaginanya.
“Mbak mau ngapain, kan lagi asyik?”
tanyaku.”Kamu kagak sabaran yach, Mbak buka
baju dulu terus kau juga, biar asikkan?” katanya
sambil membuka bajunya.
Aku juga tak mau ketinggalan, aku mulai
membuka bajuku sampai pada akhirnya kami
berdua telanjang bulat.
“Tubuh Mbak bagus banget,” kataku
memperhatikan tubuhnya dari atas sampai
ujung kaki, benar-benar tidak ada cacat, putih
mulus dan sekal.
Ia langsung mencumbuku dan tangan kanannya
memegang penisku, dan mengarahkan ke
vaginanya sambil berdiri.
“Aku udah enggak tahan Ben,” katanya.
Kuhalangi penisku dengan tangan kananku lalu
kumainkan vaginanya dengan tangan kiriku.
“Nanti dulu ach, beginikan lebih asik.”
“Ach.. kamu nakal Ben! pantes si Lusi mau,”
katanya mesra.
“Ben..! Mbak..! lagi dimana kalian?” terdengar
suara Lusi memanggil dari luar.
“Hari ini guru lesnya tidak masuk jadi aku
dipulangin, kalian lagi dimana sich?” tanyanya
sekali lagi.
“Masuk aja Lus, kita lagi pesta nich,” kata Mbak
Riri.
“Mbak! Entar kalau Lusi tau gimana?” tanyaku.
“Ben jangan panggil Mbak, panggil aja Riri,”
katanya dan ketika itu aku melihat Lusi di pintu
kamar sedang membuka baju.
“Rir, aku ikut yach!” pinta Lusi sambil memainkan
vaginanya.
“Ben kamu kuat nggak?” tanya Riri.
“Tenang aja aku kuat kok, lagian kasian tuch Lusi
udah terangsang,” kataku.
“Lus cepet sinih emut ‘Beni Junior’,” ajakku.
Tanpa menolak Lusi langsung datang mengemut
penisku.
“Mending kita tiduran, biar aku dapet vaginamu,”
kataku pada Riri.
“Ayo dech!” katanya kemudian mengambil
posisi.
Riri meletakkan vaginanya di atas kepalaku, dan
kepalanya menghadap vagina Lusi yang sedang
mengemut penisku.
“Lus, aku maenin vaginamu,” katanya.
Tanpa menunggu jawaban dari Lusi ia langsung
bermain di vaginanya.Permainan ini berlangsung
lama sampai akhirnya Riri menegangkan
pahanya, dan.. “Ach.. a.. aach.. aku keluar..”
katanya sambil menyemprotkan cairan di
vaginanya.
“Sekarang ganti Lusi yach,” kataku.
Kemudian aku bangun dan mengarahkan
penisku ke vaginanya dan masuk perlahan-
lahan.
“Ach.. aach..” desah Lusi.
“Kamu curang, Lusi kamu masukin, kok aku
tidak?” katanya.
“Abis kamu keluar duluan, tapi tenang aja, nanti
abis Lusi keluar kamu aku masukin, yang
penting kamu merangsang dirimu sendiri,”
kataku.
“Yang cepet dong goyangnya!” keluh Lusi.
Kupercepat goyanganku, dan dia
mengimbanginya juga.
“Kak, ach.. entar lagi gant.. a.. ach.. gantian yach,
aku.. mau keluar ach.. aa.. a.. ach..!” desahnya,
kemudian lemas dan tertidur tak berdaya.
“Ayo Ben tunggu apa lagi!” kata Riri sambil
mengangkang mampersilakan penisku untuk
mencoblosnya.
“Aku udah terangsang lagi.”
Tanpa menunggu lama aku langsung
mencoblosnya dan mencumbunya.
“Gimana enak penisku ini?” tanyaku.
“Penis kamu kepanjangan,” katanya, “tapi enak!”.
“Kayaknya kau nggak lama lagi dech,” kataku.
“Sama, aku juga enggak lama lagi,” katanya,
“Kita keluarin sama-sama yach!” terangnya.
“Di luar apa di dalem?” tanyaku lagi.
“Ach.. a.. aach.. di.. dalem.. aja..” katanya tidak
jelas karena sambil mendesah.
“Maksudku, ah.. ach.. di dalem aja.. aah.. ach..
bentar lagi..”
“Aku.. keluar.. ach.. achh.. ahh..” desahku sambil
menembakkan spermaku.
“Ach.. aach.. aku.. ach.. juga..” katanya sambil
menegang dan aku merasakan cairan
membasahi penisku dalam vaginanya.
Akhirnya kami bertiga tertidur di lantai dan kami
bangun pada saat bersamaan.
“Ben aku mandi dulu yach, udah sore nich.”
“Aku juga ach,” kataku.
“Ben, Lus, lain kali lagi yach,” pinta Riri.
“Itu bisa diatur, asal lagi kosong kayak gini, ya
nggak Ben!” kata Lusi.
“Kapan aja kalian mau aku siap,” kataku.
“Kalau gitu kalian jangan mandi dulu, kita main
lagi yuk!” kata Riri mulai memegang penisku.
Akhirnya kami main lagi sampai malam dan
kebetulan ayah dan ibu telepon dan mengatakan
bahwa mereka pulangnya besok pagi, jadi kami
lebih bebas bermain, lagi dan lagi. Kemudian hari
selanjutya kami sering bermain saat situasi
seperti ini, kadang tengah malam hanya dengan
Riri atau hanya Lusi. Oh bapak tiri, ternyata selain
harta banyak, kamu juga punya dua anak yang
siap menemaniku kapan saja, ohh nikmatnya
hidup ini.


Adult | GO HOME | Exit
1/1421
U-ON

inc Powered by Xtgem.com